Aku kembali ke masa beberapa tahun silam, aku teringat
beberapa kejadian di masa lalu denganmu.
Aku merasakan kembali saat di mana tanganmu yang besar dan hangat menggenggam tanganku yang masih kecil,
membawaku pergi menaiki sebuah kereta menuju suatu tempat bersamamu.
Di tengah perjalanan pulang engkau menggendongku di atas punggungmu yang besar.
Aku seperti seorang putri kecil yah Pa?
Papa apakah kau masih ingat ketika aku meminta dibelikan sebungkus bihun goreng kesukaanku,
dan saat itu kau sedang asyik membaca koranmu? Aku terus merengek dan menangis karena ingin mendapatkannya dengan segera.
Tetapi karena itu pula untuk pertama dan terakhir kalinya -aku berharap- sebuah rotan kayu kau pukulkan pada punggung kecilku
dan menyisakan bekas-bekas merah panjang di sana, lalu kau pergi begitu saja.
Rasanya sakit sekali dan saat itu aku hanya dapat menangis dan berkata bahwa Papa jahat.
Setelah beberapa menit berlalu engkau datang dan memberikan padaku sebungkus bihun goreng yang aku minta tanpa mengatakan apapun.
Hari ini aku menyadari di hari itu aku telah membangkitkan emosimu dan membuatmu memukulku,
saat itu aku terluka secara fisik tetapi aku sadar batinmu mungkin jauh lebih terluka karena memukul putrimu sendiri.
Pa,
Tidak pernah ada
kata sayang keluar dari mulutmu,
yang ada adalah guratan kekuatiran di wajahmu saat sesuatu yang buruk menimpaku,
serta tangan yang siap melindungiku,
dan pribadi yang rela mengantar jemputku untuk memastikan bahwa aku akan baik-baik saja.
Tidak pernah ada permintaan maaf yang terucap,
yang ada ialah airmata yang kau sembunyikan untuk menyatakan penyesalanmu,
dan seorang pribadi yang terduduk di sudut ruangan sambil menunduk dan terdiam,
Tidak tahukah Papa bahwa aku hanya marah sebentar, tidak membencimu bahkan ingin sekali memelukmu?
Dan saat ini,
ketika jarak memisahkan kita.
Tetap terdengar suara yang cemas dengan kesehatanku,
Tetap ada pribadi yang memarahiku saat aku melakukan pemborosan,
Tetap ada tawa saat kau bercerita tentang kabarmu di sana,
Tetap ada nasehat dengan nada marah yang dibuat-buat supaya aku tidak pulang malam saat weekend,
Tetap ada telepon berdering di ponselku...
Malam ini aku sangat merindukanmu,
bukan hanya sekedar mendengar suara tetapi ingin bertemu muka.
Saat kerinduanku terus memenuhi hatiku, aku bangun dari tidurku, melipat tangan dan memejamkan mataku.
Aku mendoakan yang terbaik bagimu senantiasa dan memintakan perlindungan Tuhan menjagamu setiap waktu.
Dan hari ini,
Aku menyadari bahwa kau menyayangiku,
Aku merasakan kepedulianmu padaku,
Sekalipun Papa tidak pernah mengatakannya.
Tidak mengapa,
aku dapat menerimanya,
karena tindakanmu telah melukiskan kasih sayangmu melebihi kata-kata.
Hatikupun menyetujuinya dengan yakin, lebih dari pada sebelumnya.
Terima kasih Papa,
Apapun yang pernah Papa lakukan, hal yang benar ataupun salah,
tidak akan pernah mengubah posisimu di hatiku,
engkau tetap Papa yang terhebat untukku.
Dan saat rinduku padamu datang kembali, aku tidak akan pernah bosan untuk melipat tanganku dan memejamkan mataku.