Ungkapan Hati
 
12 November 2014 10:29:57

Oleh Kasih Karunia

Kategori : Kebaikan Tuhan

“Yang memberikan hukum agama Yahudi adalah Allah sendiri. Tetapi semakin manusia berusaha mentaati hukum itu, semakin mereka melanggarnya dan berdosa terhadap Allah. Namun semakin manusia berbuat dosa, Allah semakin pula mengasihi mereka”
(Roma 5 : 20 BIS)

Bertahun-tahun aku mencoba mengisi kehidupan dengan berdoa, membaca Alkitab, membayar perpuluhan, dan mengejar status “anak Tuhan yang taat” atau “seorang Kristen sejati” agar Tuhan memberkati dan mengasihiku lebih lagi. Suatu waktu aku gagal melakukannya. Hal ini membuatku hidup dalam rasa tidak layak dan tertuduh di tahun-tahun berikutnya.

Aku mencoba membayarnya dengan lebih banyak membaca pasal Alkitab, berdoa lebih lama, lebih berusaha keras untuk taat. Namun, semakin aku berusaha untuk hidup taat, hidup kudus, aku melihat hidupku semakin sulit berubah, dan tuduhan-tuduhan itu semakin membuatku tertutup dan ingin lari dariNya. Sampai di titik aku hampir menyerah, Tuhan menyadarkanku bahwa aku sedang mencoba menebus diriku sendiri dari rasa bersalah dan membebaskan diri dengan segala usahaku dari tuduhan-tuduhan karena setiap pelanggaran yang aku lakukan.

“Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?
Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia”
(Roma 6 : 1-2, 14 TB)


Suatu waktu aku tidak setia perpuluhan selama beberapa tahun terakhir, "janji iman" untuk pekerjaan misi pun tidak terealisasikan. Dengan bermacam alasan aku berdalih pada Tuhan. Dan selama 3 tahun terakhir aku hidup dalam rasa tertuduh dan memberi label pada diriku sendiri sebagai “terdakwa”. Tuduhan itu semakin bekerja keras di dalam hati dan pikiranku ketika aku terikat dengan hutang. Seolah ikatan hutang ini seperti lingkaran yang tidak ada habisnya. Aku berusaha untuk melunasinya berikut dengan hutang "janji imanku" kepada Tuhan, tetapi yang ada beban hutang semakin membesar.

Sampai di suatu malam akhirnya aku menyerah, tekanan membuat aku lelah, dan hanya bisa mengadu pada Tuhan. Saat itu Ia membawaku mengingat suatu kejadian di masa kecil, di mana aku membuat kesepakatan antara diriku dengan tuhanku (saat itu aku belum mengenal Yesus). Jika aku mengeluarkan perkataan-perkataan negatif yang tidak membangun, apapun bentuknya, aku akan menampar bibirku berkali-kali sebagai hukuman untuk menghilangkan rasa bersalah di hatiku.

Aku tidak menemukan damai sejahtera dengan melakukan semua itu, sampai aku berjumpa dengan Yesus. Namun, di tengah perjalanan rohaniku, aku meletakkan hidupku di bawah aturan-aturan dan hukum-hukum yang terlihat membangun kehidupan tanpa mengalami pekerjaan Yesus di dalamnya. Sehingga setiap kali mendapati diriku gagal mencapai standar tertentu, rasa bersalah itu selalu mengurungku seperti orang tahanan.

“Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran”
(Roma 6 : 17-18 TB)

Saat itu ada suara yang lembut berkata di dalam hatiku,

”Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan” (Matius 11 :28-29)


Ia berbicara pula melalui lirik sebuah lagu,

“Instead of trying to repay You, I’m learning to simply obey You”

Tuhan membongkar motivasi di dalam hatiku ketika hendak melunasi "janji imanku", aku melakukannya karena takut tidak diberkati dalam keuanganku, dan takut kasih Tuhan akan berkurang untukku. Namun, Ia menyadarkanku bahwa Dialah pemilik segalanya di alam semesta ini, Dia tidak menuntut aku membayar "janji imanku", tetapi Ia lebih menyukai kasih setia dan pengenalan akan Dia. Dia lebih melihat kesungguhan hatiku untuk mentaati Dia.

“Stop fighting a fight, it’s already been won”

Seringkali aku bertanding untuk suatu pertandingan yang sebenarnya sudah dimenangkan oleh Yesus, sehingga hidupku selalu berputar-putar di lingkaran yang sama. Sedangkan di salibNya, Dia sudah selesai menebus setiap dosaku. Sebab tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus, karena semua hukuman dan murka Allah atas dosa sudah ditanggung olehNya.

“Because I have a new name, a new life, I’m not the same”

Dan hidupku sekarang bukan lagi sebagai orang buangan atau orang tahanan, tetapi aku diberikan hidup yang baru sebagai orang yang merdeka, sebagai orang tebusan. Kini beberapa bulan setelah aku mengalami hidup dalam kasih karunia Yesus Kristus, hidupku tidak sama lagi. Apa yang dahulu aku anggap sulit dan mustahil, sekarang aku melihat pekerjaan Yesus menjadi nyata. Hutang-hutang yang banyak dan tidak pernah berhenti itu sudah selesai sekarang. "Janji imanku" kepada Tuhan sudah terealisasikan. Semua karena kasih karuniaNya yang melimpah telah memampukan aku dan meneguhkan hatiku.

Tuhan juga mengubah motivasiku ketika memberi bukan lagi karena tuntutan untuk mengembalikan hak Tuhan atau takut kehilangan berkat, tetapi terlebih karena aku mengasihi Dia. Perjalananku masih panjang, aku masih bisa terjatuh suatu waktu, tetapi aku tahu dan percaya sekarang bahwa kasih karuniaNya tidak pernah meninggalkanku. Kasih karuniaNya yang mengangkatku. Kasih karuniaNya yang memberikan harapan baru setiap hari bagiku.

“Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran. Dan buah apakah yang kamu petik dari padanya? Semuanya itu menyebabkan kamu merasa malu sekarang, karena kesudahan semuanya itu ialah kematian. Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”
(Roma 6 : 20-23 TB)

"But he said to me, "My grace is sufficient for you, for my power is made perfect in weakness"

(2 Cor 12 : 9 NIV)

 
Sumber : HTcom
View(8804)

Baca juga :
 
Back