Salam Kasih...
Saya ingin menceritakan
pengalaman saya sekaligus bersaksi tentang kebaikan Tuhan yang luar biasa nih,hehe.
Tepatnya satu hari sebelum hari Ibu yaitu tanggal 21 Desember 2008, saya sempat
mengirim pesan singkat melalui messenger ke saudara-saudara dan teman-teman
yang ada di list messenger saya. Isi pesannya hanya mengingatkan mereka agar
jangan lupa telepon, ngobrol dan mengucapkan terima kasih ke orangtua mereka
masing-masing khususnya ke Ibu mereka karena kebetulan esoknya adalah hari Ibu. Maklum saja jika saya suruh telepon, karena
sebagian dari mereka adalah mahasiswa yang tinggal jauh dari orangtua mereka.
Sore hari pada hari yang sama,
saya sudah bersiap untuk acara natal bertema “Confuse? alias Bingung?” bersama
sebagian teman-teman. Acara tersebut berlangsung dan berakhir dengan penuh
sukacita karna diisi dengan penampilan yang lucu dan menarik oleh teman-teman
pengisi acara. Singkat cerita setelah acara tersebut selesai, kami pun pergi
jalan-jalan bersama ke mall untuk makan malam bersama alias makan malam bareng.
Nah, ceritanya dimulai nih...hehe...
Setelah acara makan-makan
selesai, saya pun mengajak teman saya untuk pergi ke toko roti sembari
teman-teman lain sedang berfoto ria dengan hiasan natal di dalam mall tersebut.
Mungkin kami lebih suka makan daripada foto-foto,hehe.. Teman saya pun
mengantri di kasir untuk memesan roti, sedangkan saya dan teman saya yang satu
lagi masuk dan duduk sambil menunggu teman saya yang mengantri cukup lama. Di
dalam toko tersebut saya sempat duduk di sofa sambil ngobrol dengan teman yang
bersama saya, dan selang beberapa menit kami pun pergi karena roti sudah
dibeli.
Setelah kembali berkumpul dengan
yang lain, saya lalu mencari handphone saya, saya mulai gelisah ketika saya
tidak menemukan handphone saya di kantong pakaian maupun di tas saya. Saya pun
meminta teman-teman lain untuk menelepon ke nomor hp saya, tapi tidak ada getar
atau dering handphone saya yang
terdengar, meskipun nomor handphone saya yang mereka hubungi tetap aktif.
Mereka pun terus menghubungi nomor handphone tersebut, tapi tiba-tiba panggilan
mereka direject/ditolak. Wah, hati saya pun mulai kalang kabut dan segera
menuju ke toko roti tadi untuk menanyakan apakah handphone saya tertinggal
disana. Dan ternyata benar, handphone saya memang tertinggal disana, namun
karyawannya mengatakan bahwa handphone tersebut sempat ditemukan seorang anak
kecil di sofa tempat duduk tamu, sayangnya anak tersebut beserta handphone saya
terlanjur dibawa pulang.
Saya pun mulai bingung, karena
meskipun saya memiliki dua handphone, saya kehilangan handphone yang satu
ketika handphone saya yang lainnya kembali rusak setelah sempat diperbaiki.
Ironisnya lagi, keesokan harinya saya tidak punya handphone untuk menelepon ke
orangtua saya seperti yang saya ingatkan ke teman-teman saya sebelumnya melalui
messenger. Bingung, gelisah, dan sedih pun datang setelah sebelumnya sempat
bersukacita di acara natal bersama. Tapi teman-teman yang lain tetap berusaha
mengirim sms ke nomor handphone saya tersebut berharap orang yang membacanya
dapat menghubungi mereka dan mengembalikan handphone tersebut kepada saya. Tapi
sampai kami pulang, tidak ada kabar dari orang yang menemukan handphone
tersebut.
Setelah pulang dari mall saya pun
terus bingung karena memikirkan bagaimana saya harus mengatakan ke Ibu saya
tentang handphone saya yang hilang, padahal besok adalah hari Ibu. Dalam hati, saya sebenarnya tidak mau Ibu saya tahu kejadian ini agar tidak membuatnya sedih ketika
seharusnya dia merasa senang, ironis deh pokoknya. Hati dan
pikiran saya pun terus bertanya ke Tuhan mengapa Ia mengizinkan hal tersebut
terjadi? Saya sempat protes ke diri sendiri dan ke Tuhan meskipun sambil berdoa, namun saya
berusaha melupakan handphone tersebut dan merelakannya. Keesokan harinya, bersyukur
saya akhirnya tetap dapat menelepon Ibu dan mengucapkan selamat hari Ibu
meskipun memakai handphone sepupu saya, beruntung Ibu saya tidak curiga karena
sepupu saya sudah biasa menelepon atau ditelepon Ibu saya, jadi saya memakai
kesempatan tersebut,hehe. Saya hanya tidak mau Ibu saya tahu tentang kejadian
yang saya alami sampai saat yang tepat untuk memberitahukannya, karena yang
lebih membuat saya takut dan bingung bukan handphone saya yang hilang, tapi
perasaan Ibu saya ketika mengetahuinya, bisa saja dia sedih atau marah.hehe…
Sebelumnya handphone saya yang
rusak telah kembali diperbaiki tepatnya tanggal 23 Desember 2008. Namun saya
kembali bertambah bingung ketika tanggal 24 Desember 2008, malam sebelum natal,
sepupu saya bilang bahwa Ibu saya mau datang ke mall bersama saudara saya dan
menyuruh kami kesana. Wah, saya pun tidak bisa menghindar dan malam itu saya
hanya bisa kembali bingung semalaman. Soal bagaimana saya harus mengatakan ke
Ibu saya, saya hanya berdoa dan berserah saja supaya semuanya baik-baik saja
setelah saya mengatakannya. Pagi
harinya, saya bangun dengan lesu dan masih bingung bagaimana menjawab
pertanyaan Ibu saya jika ia menanyakan handphone saya yang satunya, karena ia sangat
cermat bahkan ke hal-hal yang kecil. Bingung deh, mungkin terpengaruh tema
acara natal bersama sebelumnya yang
judulnya “Confuse?”,hehe….
Tidak lama setelah saya bangun tibalah saatnya kebaikan Tuhan terjadi. Sekitar jam 10 pagi sebelum saya
bersiap-siap untuk berangkat ke mall, tiba-tiba ada seorang Ibu yang menelepon
saya dan menanyakan apakah saya adalah orang yang kehilangan handphone di mall beberapa hari yang lalu?
Saya pun langsung menjawab ya, saya yang kehilangan handphone sambil menyebutkan
nama saya dan ciri yang ada di handphone saya,hehe. Ibu tersebut mengatakan
bahwa anaknya telah menemukan handphone saya di mall dan anaknya menyimpan di rumah, orangtuanya kemudian bermaksud mengembalikannya kepada saya. Wah, saya tertawa senang
di dalam hati dan segera membuat janji untuk mengambil handphone tersebut.
Karena ada kegiatan dari tanggal 26-29 Desember, saya pun membuat janji untuk
mengambilnya setelah kegiatan saya tersebut selesai. Tepat tanggal 30 setelah kegiatan
selesai, teman saya pun mengantarkan saya ke sebuah toko bangunan di daerah
Kapuk Muara, Jakarta,
alamat yang diberikan Ibu tersebut supaya saya bisa mengambil handphone
saya. Akhirnya saya pun mengambilnya
dengan penuh senyum dan ucapan terima kasih kepada sepasang suami-istri yang sedang menjaga toko bangunan mereka. Sebagai tambahan, Ibu saya benar-benar menanyakan
keberadaan handphone saya, padahal saya sudah berusaha agar dia tidak curiga,hehe.
Akhirnya saya pun menceritakan kejadian yang saya alami ke Ibu saya dan
untungnya Ibu saya hanya membalas dengan sedikit nasihat agar berhati-hati lain
kali, haha. Thanks GOD..
Dari kejadian tersebut, saya
diberi pengalaman dan diajarkan hal penting sama Tuhan yaitu tentang asumsi / pikiran
dan tentang keputusan hati. Pertama yaitu tentang
bagaimana saya harus belajar berasumsi / berpikiran positif terhadap orang
lain. Ya, jika saya tidak menaruh pikiran positif dan berasumsi bahwa handphone
saya tidak akan mungkin dikembalikan, maka saya telah membuat kesalahan karena
kenyataannya handphone saya dikembalikan. Jika saya berpikiran / berasumsi bahwa saya akan
dimarahi Ibu saya setelah saya menceritakan hal yang saya alami, maka saya kembali
berbuat kesalah an karena saya sama sekali tidak dimarahinya. Hal kedua adalah soal
menjaga hati agar tetap bersukacita. Sukacita adalah keputusan! Saya bersyukur
tidak larut dalam kesedihan, saya bersyukur saat itu Tuhan memampukan hati saya
untuk berserah padaNya ketika masalah sedang terjadi berturut-turut.
Sungguh Tuhan tahu apa yang ada
di pikiran dan hati kita! Jika kita menaruh pemikiran positif terhadap orang
lain / masalah / keadaan yang sulit sekalipun, maka respon yang keluar dari perkataan dan tindakan kita adalah respon yang positif. Percayalah respon yang
positif akan membawa suatu hal yang positif bagi kita, hal positif tersebut
pasti diberikan Tuhan untuk kita. Dan soal hati yang memutuskan untuk tetap
bersukacita, itu sudah menjadi suatu kewajiban! Jika kita sedang mengalami
masalah kemudian memilih untuk menyerah kemudian larut dalam perasaan yang
tidak benar seperti sedih / mengasihani diri sendiri, sebenarnya kita sedang
mengharapkan sekaligus membuat kesedihan itu menjadi semakin nyata. Respon hati seperti
itu sangat bertentangan dengan apa yang Tuhan ingin kita lakukan dalam
firmanNya, yaitu tetap bersukacita dalam segala hal! Kita perlu bersyukur dan
berdoa atas setiap hal yang kita alami, karena jika kita dapat meresponi setiap orang,
setiap masalah ataupun hal-hal lain dengan benar dan baik, maka sekali lagi
Tuhan akan mengakhirinya dengan benar dan baik pula, karena Tuhan itu selalu mengerti,
selalu adil, selalu benar dan pasti baik!
Buktinya tanpa disangka handphone saya dikembalikan dan saya mendapat nasihat yang bijak dari Ibu saya. God is Good!
(1 Tesalonika 5:16-18)
Bersukacitalah senantiasa.
Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang
dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
Semoga memberkati!
Jesus bless u all!