Persembahan bangsa Israel selalu diperiksa Imam untuk memastikan tidak ada cela sedikit pun pada domba tersebut. Mengapa? Supaya ketidakbercelaan domba yang dipersembahkan berpindah kepada orang berdosa yang mempersembahkannya, sedangkan segala cela/perbuatan dosa orang tersebut dipindahkan kepada si domba barulah kemudian domba tersebut disembelih oleh orang tersebut.
Kita tahu bahwa Yesus disebut Anak Domba Allah, tidak ada cela yang terdapat pada Diri-Nya. Hanya yang tidak bercela yang dapat menyelamatkan kita atau disembelih untuk kita. Dengan rela, Ia datang untuk menyerahkan ketidakbercelaan-Nya kepada kita, sedangkan di satu sisi Ia menerima semua cela/dosa kita. Di atas kayu salib, Yesus "disembelih" sekali untuk selamanya sebagai korban untuk melayakkan kita.
Berbeda dengan pengorbanan domba demi domba pada perjanjian lama yang tidak memiliki kuasa yang kekal. Melalui pengorbanan Yesus di atas kayu salib, kita menjadi bersih, layak, kudus, berkenan yang kekal, bukan karena kita menguduskan diri, tapi karena darah-Nya menguduskan kita, sekali untuk selamanya.
Seringkali kita merasa tidak layak datang kepada Tuhan, itu terjadi karena kita berpikir/menilai status layak itu dari seberapa kita berhasil/tidak gagal/jatuh. Pikiran demikianlah yang membutuhkan Metanoia (Perubahan Paradigma), karena sebenarnya sejak kita menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan & Juru Selamat, saat itu juga Ia selalu melihat kita sebagai pribadi yang layak, bahkan Ia mau kita dengan berani datang kepada tahta Kasih Karunia-Nya setiap waktu. Mengapa?
Karena Ia tahu segala ketidaklayakan kita sudah ditanggung-Nya melalui salib yang Ia terima.
Betapa menyedihkan jika seseorang yang sudah dilayakkan tidak menyadari hal ini dan malah berusaha melayakkan diri dengan berbagai usahanya, bahkan menggunakan parameternya sendiri. Orang seperti ini tidak menyadari seberapa Yesus mengerahkan segala usaha-Nya bahkan nyawa-Nya untuk melayakkannya.