Pagi ini aku duduk di tempat tidurku dan menyelesaikan dua bab terakhir dari buku yang aku baca. Ketika selesai aku mengambil botol minumku dan menenggak beberapa tegukan air, lalu aku letakkan kembali botol tersebut di atas kasurku kemudian aku berdoa.
Begitu selesai berdoa, aku hendak membereskan buku dan Alkitabku, tetapi sesuatu hal membuatku terkejut. Sprei kasurku sudah basah dan ternyata aku tidak menutup rapat botol minumku!
Yang ada dipikiranku saat itu adalah bagaimana membuatnya cepat kering sebelum mama kembali dari pasar. Beberapa detik kemudian aku tiba-tiba termenung sambil memegang tissue yang akan kupakai untuk menyerap air tersebut. Saat itu aku bertanya kepada diriku sendiri mengapa aku begitu takut dimarahi mama?
Hal ini memang hal kecil dan terlihat berlebihan jika aku mengatakan bahwa aku takut dimarahi mama. Aku memang bukan anak kecil lagi, dan aku sudah dewasa untuk bertanggung jawab membersihkannya sendiri. Namun, mamaku termasuk tipe perfeksionis yang akan marah ketika seseorang melakukan kesalahan kecil sekalipun dan mengganggapnya tidak dapat melakukan hal apapun dengan benar.
Aku tidak menyalahkan mamaku karena beliau juga menerima pola asuh turun temurun seperti itu, tetapi pola asuh yang demikian aku terima bertahun-tahun membuat hubunganku dengan Bapa di Sorga menjadi kaku, aku selalu merasa bersalah ketika gagal melakukan sesuatu hal, dan hidup dalam penghakiman yang mengakibatkan aku tidak mengalami perubahan hidup.
Aku cenderung berpikir Bapa di Sorga akan menghukum aku jika melakukan kesalahan entah dalam pekerjaan, keluarga , atau pelayanan dan akan memberkati aku ketika aku berhasil melakukan suatu hal dengan taat. Aku akan merasa tidak layak datang menghadap Bapa di Sorga karena merasa tidak menjadi teladan dan malu karena tahu kebenaran, tetapi gagal melakukannya.
Kemudian Firman Tuhan kepada perempuan yang kedapatan berbuat zinah muncul diingatanku,
Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." (Yoh 8:11)
Tuhan berkata dalam hatiku, "bahkan sekalipun mama mu memarahimu, bukankah setelahnya ia akan tetap membuatkan makanan untuk kamu makan dan akan tetap mempedulikan hidupmu? Adakah statusmu sebagai anaknya berubah-ubah? Terlebih statusmu di mata-Ku tidak pernah berubah, engkau tetap benar dan Aku mengasihiMu. Itu tidak akan berubah karena salib Yesus memateraikannya".
Aku tersadar karena selama ini tidak pernah terlintas pemikiran seperti itu, aku hanya akan menyalahkan situasi dan menerima diriku sebagai orang yang tidak pernah benar melakukan sesuatu hal. Namun, saat itu aku merasakan betapa kasih Bapa begitu besar bagiku.
Setelah membersihkan semampuku, aku mengucap syukur kepada Bapa atas semua kasih karuniaNya dan berkata kepadaNya bahwa Dia akan memampukan aku untuk menerima nasehat dan teguran kasih dari mamaku, apapun yang akan mama katakan kepadaku tidak akan merubah statusku sebagai anaknya dan anak yang dikasihi Tuhan, dan aku tetap benar di hadapanNya karena apa yang telah dilakukan oleh Yesus untukku.
Setelah mama kembali dari pasar, aku menghampirinya dan mengakui kesalahan yang aku perbuat. Aku menyiapkan hatiku untuk menerima teguran dan nasehatnya, tetapi tidak seperti biasanya, mama tidak marah, ia hanya mengeluh sebentar lalu menyalakan kipas angin untuk mengeringkan sprei-ku (cara ini tidak terlintas di kepalaku). Lalu menit berikutnya masih sama, ia tidak marah! hahaha.. Haleluya!
Namun, aku bersukacita terlebih karena melalui hal yang sederhana ini, Bapa membawaku mengerti dan mengalami kasihNya yang berlimpah-limpah. Aku sudah diampuni karena darah Yesus menyucikanku sekali untuk selamanya. Terpujilah nama Tuhan!
Omong-omong, aku menyadari sesuatu, aku tidak sedang berada dalam sebuah retreat yang besar dengan pengkotbah paling hebat berbicara di hadapanku, aku hanya berada di sebuah kamar kecil dengan kuasa kasih karunia yang hebat yang melepaskanku dari penghakiman si pendakwa (Wahyu 12 : 10).
Therefore, there is now no condemnation for those who are in Christ Jesus (Rom 8: 1 NIV)