Akhirnya SIM (Surat Ijin Mengemudi) motor saya akan segera berakhir tetapi karena SIM motor saya adalah SIM Pontianak, maka tidak dapat diperpanjang di Jakarta. Namun, karena saya sudah memiliki KTP Jakarta , maka saya dapat membuat SIM baru yaitu SIM Jakarta. Pada saat itu saya bergumul akan mengurus SIM dengan menggunakan jasa calo atau mengurus sendiri.
Karena banyak desas desus jika mengurus SIM sendiri akan sangat sulit, saya sempat mengambil keputusan untuk memakai calo saja. Namun, hati nurani saya tidak tenang ketika memutuskan hal itu. Hati nurani saya terus mengingatkan untuk melakukan tindakan yang benar. Dan akhirnya ketika menghadiri mentoring pendalaman Alkitab oleh Pak Jeff Hammond entah mengapa tiba-tiba ada pembahasan mengenai SIM. Di sana saya diteguhkan untuk mengurus SIM tanpa jasa calo walaupun nantinya akan lebih ribet dan merepotkan.
Saya juga menceritakan kepada teman-teman komsel bahwa akan mengambil jalur yang benar dalam mengurus SIM. Namun proses membuat SIM baru tidaklah mudah karena harus mengikuti serangkain ujian teori dan praktek, dan bila belum berhasil maka harus mengulang berkali-kali sampai dinyatakan lulus.
Saya pun mulai mencari informasi bagaimana cara mengurus SIM sendiri. Dan ternyata dapat menggunakan jalur mutasi SIM yaitu SIM daerah bisa diperpanjang di Jakarta dengan mengirimkan berkas-berkas pencabutan SIM dari daerah dan tidak perlu melalui tahapan ujian teori ataupun praktek lagi. Lalu saya pun meminta bantuan mama saya yang berada di daerah untuk membantu mengurus dan mengirimkan berkas-berkas yang diperlukan. Namun ternyata pada saat itu mama saya jatuh sakit dan harus beristirahat. Pada akhirnya saya memutuskan untuk memakai jalur pembuatan SIM baru saja yaitu melalui tahap ujian teori dan praktek dan mengambil resiko mengulang berkali-kali jika gagal dalam ujian-ujian yang diwajibkan tersebut.
Akhirnya saya mulai belajar dari internet bagaimana mengurus SIM sendiri. Dimulai dari langkah prosedur pengurusannya sampai mempelajari soal-soal ujiannya. Tidak lupa juga saya meminta dukungan doa dari keluarga dan teman-teman supaya SIM-nya dapat selesai dengan cepat.
Dan waktunya pun tiba, saya pergi mendatangi tempat pengurusan SIM (Samsat Daan Mogot) untuk membuat SIM baru. Sebenarnya prosedur pembuatannya tidak terlalu merepotkan, kecuali mungkin untuk ujian teorinya. Walaupun saya sudah belajar, tetapi tetap saja soal-soalnya terasa sulit dan dinyatakan belum lulus. Saya harus menunggu dua minggu kemudian untuk dapat mengulang ujiannya.
Dua minggu pun berlalu, saya mengikuti ujian teori untuk kedua kalinya. Dan berharap dapat lulus dalam ujian teori kali ini karena merasa sudah belajar dengan maksimal dan lebih banyak lagi orang yang mendoakan. Akan tetapi saya gagal lagi, padahal di ujian teori itu saya merasa mampu mengerjakannya. Namun, hasilnya saya dinyatakan belum lulus dan harus mengulang lagi dua minggu kemudian.
Akhirnya saya pun merenungkan mengapa saya harus mengalami kejadian seperti ini, sebenarnya Tuhan ingin mengajarkan hal apa kepada saya melalui kejadian ini. Saya bertanya-tanya mengapa Tuhan tidak mempercepat proses ini saja? Kan saya sudah berusaha melakukan cara yang benar, sudah belajar dengan maksimal, dan banyak orang yang mendoakan juga, lalu mengapa Tuhan belum memberikannya?
Dan akhirnya Tuhan pun berbicara.
Tuhan mengingatkan saya bahwa saya pernah memiliki problem takut gagal. Ternyata melalui kejadian ini Tuhan mau memulihkan hidup saya supaya pulih dari rasa takut gagal tersebut. Untuk pulih dari ketakutan yang kita harus lakukan adalah menghadapi setiap ketakutan kita itu. Tuhan mengijinkan kegagalan demi kegagalan saya alami supaya saya memperoleh kebenaran tentang apa arti kegagalan itu. Ketika saya merenungkan lebih dalam, saya merasa terheran-heran mengapa saya tidak merasa kuatir walaupun telah gagal berkali-kali dalam ujian teori, tetapi sebaliknya saya merasa tetap dapat bersukacita dan bahkan sangat antusias untuk mengulang ujiannya kembali.
Padahal dulu saya orang yang takut untuk mencoba bahkan mudah putus asa ketika telah mengalami kegagalan. Melalui kegagalan ini, Tuhan mengajarkan saya untuk bukan berfokus melihat hasil melainkan serangkaian proses yang akan membentuk kehidupan saya. Kegagalan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, tetapi Tuhan memakai kegagalan supaya kita lebih lagi menghidupi kebenaran. Banyak orang akhirnya tidak berhasil karena berhenti mencoba ketika mereka telah gagal. Bahkan ada juga orang yang tergoda untuk menutup kegagalan yang mereka alami dengan kecurangan. Namun, Tuhan mengajarkan saya untuk tetap setia memegang kebenaran, sebab ada sukacita melimpah yang akan kita rasakan ketika kita telah melakukan kebenaran. Akan ada promosi yang lebih dari Tuhan saat kita setia.
Akhirnya Tuhan membukakan jalan supaya saya dapat memperoleh SIM melalui jalur mutasi. Setelah kesehatan Mama saya membaik, beliau membantu mengurus dan mengirimkan berkas-berkas pencabutan SIM daerah saya. Sebelumnya saya sempat bertanya kepada salah seorang polisi tentang bagaimana mengurus mutasi SIM, ternyata saya harus mengulang prosedurnya dan membayar dari awal kembali. Saya dapat menarik kembali uang pendaftaran SIM baru jika sudah tiga kali gagal ujian, sedangkan saya baru dua kali ujian dan ujian berikutnya harus menunggu dua minggu lagi.
Namun, karena merasa terlalu lama harus menunggu sampai dua minggu, akhirnya dengan berbekalkan berkas pencabutan SIM di daerah, maka saya mendatangi kembali Samsat Daan Mogot. Saya langsung menuju loket untuk membayar uang pengurusan SIM. Namun Tuhan itu baik, petugas yang berjaga di sana menyarankan saya untuk langsung mengurus mutasi saja, tanpa harus membayar atau mengulang prosedurnya dari awal. Saya pun menyerahkan berkas-berkas yang ada dari satu loket ke loket yang lain. Banyak loket yang harus saya kunjungi.
Ketika tiba di satu loket, petugas disana menawarkan untuk mempercepat prosesnya dengan membayar uang lebih, tetapi saya dengan berani menolak dan berkata akan mengurusnya sendiri. Namun pada akhirnya saya diberi kemudahan juga, saya dapat menuju jalur yang lebih cepat dan dapat menuju ke loket untuk foto. Dan tidak perlu menunggu lama akhirnya saya mendapatkan SIM saya.
Ada kasih karunia ketika kita mau belajar taat melakukan kebenaran dan ada banyak keajaiban ketika kita telah menghidupi kebenaran. Dari kejadian ini saya belajar bahwa
tidak penting apakah kita gagal atau berhasil, yang penting Tuhan menyertai kita.