Beberapa waktu lalu saya mendapat kesempatan untuk berlibur ke sebuah pantai.
Tetapi saya tidak suka dengan pantai karena saya takut membayangkan apabila diri saya tergulung bersama ombak, atau tenggelam di tengah laut karena saya tidak pandai berenang.
Sampai sore harinya beberapa teman saya mengajak bermain ombak. Saat itu saya takut dan ragu tetapi ada rasa penasaran dan ingin merasakan ombak itu seperti apa, melihat teman-teman yang lain begitu seru dan menikmati deburan ombak yang berulangkali menerpa tubuh mereka.
Setelah adegan tarik menarik dan sebuah perjanjian akhirnya saya memberanikan diri untuk mengikuti mereka.
Saya meminta teman-teman saya untuk tidak melepaskan tangan saya selama berada di dalam air.
Dan mereka benar-benar melakukannya sampai kami kembali ke pinggir pantai.
Kemudian keesokan paginya saya mengambil waktu untuk duduk memandangi laut dan menikmati suara bebatuan yang terkena ombak karena saat itu air laut lumayan pasang.
Lalu saya tertarik dengan sebuah adegan di depan mata saya, yaitu seorang ayah yang sedang menggendong anaknya berjalan di tengah air dan ombak sedang bergulung.
Saat sudah mencapai jarak yang dirasa cukup oleh sang ayah, ia mulai menurunkan anaknya.
Anak tersebut takut dan berusaha kembali ke tempat yang aman tetapi tubuhnya langsung diterpa ombak yang bergulung dan hampir hilang keseimbangan.
Namun sang ayah dengan cepat dan tenang memegang tangan sang anak, kemudian menuntunnya kembali menghadapi ombak=ombak tersebut dan membawanya bermain di sana.
Lama-lama sang anak lupa dengan ketakutannya, ia menjadi asyik bermain dengan ayahnya. Setelah sekian lama mereka bermain ombak, ia menggendong anaknya lalu berjalan menuju tepian.
Hal yang menarik adalah sang ayah tidak melepaskan genggamannya dari tangan sang anak dan pandangannya selalu tertuju memperhatikan anaknya.
Tuhan menyentuh hati saya dengan dua kejadian di atas.
Saya merasa Dia sedang duduk di samping saya saat itu dan mulai berkata-kata kepada saya.
“Jika sahabat-sahabatmu dapat menepati janjinya terlebih Aku tidak akan pernah melepaskan tanganKu dan meninggalkanmu.
Sama seperti yang dilakukan sang ayah itu, Aku sedang membawamu menghadapi ombak kehidupan, seringkali kamu takut dan ragu,
hanya berjalan sebentar kemudian berhenti, tetapi di saat itulah Aku ingin kamu mempercayai hatiKu ketika kamu tidak melihat tanganKu”
Saat itu saya hanya dapat menangis, dan menyadari bahwa seringkali saya terlalu takut menghadapi setiap situasi yang akan terjadi dalam hidup saya dan tidak berani melangkah.
Saya menjawab Tuhan bahwa saya mempercayakan hidup saya kepadaNya sekarang dan mengikuti langkah Tuhan kemanapun Ia ingin membawa saya.
Terkadang Tuhan membawa kita ke tengah ombak dan seolah melepaskan kita dari gendonganNya, tetapi saat itulah Ia sedang melatih iman kita dan membawa kita untuk menang dari setiap ketakutan dan intimidasi yang melumpuhkan kaki kita untuk melangkah maju.
Mari kita melihat kepada hatiNya saat kita tidak dapat melihat tanganNya dan merasa kehilangan pegangan, karena di dalam hatiNya terukir nama saya dan anda senantiasa.
Apakah anda melihatnya?